Rekonsiliasi PSSI Tak Akhiri Kisruh
NEWS - SAYATI (GM) Wacana
untuk menggelar rekonsiliasi di tubuh PSSI, dinilai tidak akan
membuahkan hasil dan mengakhiri kisruh di induk sepak bola Indonesia
tersebut. Pasalnya, kedua kubu memiliki kekuatan yang sama besar,
sehingga tidak akan mungkin salah satu kubu mengalah demi kemajuan sepak
bola Indonesia.
"Saya menilai rekonsialiasi tidak akan terlaksana dan membuahkan hasil serta berakhirnya konflik dan kisruh di PSSI. Karena dalam pandangan saya, kedua kubu memiliki kekuatan besar yang tidak mungkin untuk dipersatukan," ujar Ketua PS Rick's Sayati, Kaupaten Bandung, Daddy Sapari kepada wartawan, Minggu (1/4) malam.
Menurutnya, kedua kubu yang berseteru dan melahirkan adanya dualisme PSSI serta dualisme kompetisi didukung dengan finansial yang sangat besar. Karena orang di balik masing-masing kubu merupakan konglomerat berduit.
"Salah satu hal yang membuat rekonsiliasi tidak mungkin terlaksana adalah dari sisi bisnis. Kedua belah pihak didukung dua orang konglomerat yang berduit. Karena alasan inilah tidak mungkin bisa direkonsiliasi," ungkapnya.
Selain itu, masalah politik yang berbeda di belakang kedua belah pihak semakin menutup kemungkinan rekonsiliasi. Pasalnya, selama ini masalah politik telah masuk ke dunia persepakbolaan Indonasia sehingga terjadi kisruh di PSSI.
"Hal inilah yang menjadi penyebab utama tidak akan terlaksananya rekonsiliasi. Latar belakang politik berbeda, membuat kedua kubu tetap pada pendirian dan egonya masing-masing," terangnya.
Oleh karena itu, Daddy lebih memilih jika PSSI dibekukan oleh FIFA. Karena dengan demikian, semua pihak yang terlibat di sepak bola Indonesia bisa mengambil hikmah dan kembali melakukan perbaikan sepak bola Indonesia.
"Jujur saja, saya lebih memilih jika PSSI atau Indonesia dibekukan keanggotaannya oleh FIFA. Hanya itulah cara yang bisa mengakhiri konflik di PSSI," terangnya.
Dijelaskannya, dengan pembekuan, kompetisi tetap bisa dijalankan. Hanya saja, Indonesia tidak memiliki perwakilan di AFC Cup dan timnas Indonesia tidak bisa tampil di level internasional.
"Banyak contoh negera setelah dibekukan, persepakbolaannya menjadi lebih bagus, seperti Irak dan yang paling terbaru adalah Brunei Darussalam. Usai dibekukan, Brunei bahkan menjuarai Piala Hasanal Bolkiah dengan mengalahkan Indoensia di final. Jadi jangan takut dibekukan," tegas Daddy. www.tarudinnurilfikr.blogspot.com
"Saya menilai rekonsialiasi tidak akan terlaksana dan membuahkan hasil serta berakhirnya konflik dan kisruh di PSSI. Karena dalam pandangan saya, kedua kubu memiliki kekuatan besar yang tidak mungkin untuk dipersatukan," ujar Ketua PS Rick's Sayati, Kaupaten Bandung, Daddy Sapari kepada wartawan, Minggu (1/4) malam.
Menurutnya, kedua kubu yang berseteru dan melahirkan adanya dualisme PSSI serta dualisme kompetisi didukung dengan finansial yang sangat besar. Karena orang di balik masing-masing kubu merupakan konglomerat berduit.
"Salah satu hal yang membuat rekonsiliasi tidak mungkin terlaksana adalah dari sisi bisnis. Kedua belah pihak didukung dua orang konglomerat yang berduit. Karena alasan inilah tidak mungkin bisa direkonsiliasi," ungkapnya.
Selain itu, masalah politik yang berbeda di belakang kedua belah pihak semakin menutup kemungkinan rekonsiliasi. Pasalnya, selama ini masalah politik telah masuk ke dunia persepakbolaan Indonasia sehingga terjadi kisruh di PSSI.
"Hal inilah yang menjadi penyebab utama tidak akan terlaksananya rekonsiliasi. Latar belakang politik berbeda, membuat kedua kubu tetap pada pendirian dan egonya masing-masing," terangnya.
Oleh karena itu, Daddy lebih memilih jika PSSI dibekukan oleh FIFA. Karena dengan demikian, semua pihak yang terlibat di sepak bola Indonesia bisa mengambil hikmah dan kembali melakukan perbaikan sepak bola Indonesia.
"Jujur saja, saya lebih memilih jika PSSI atau Indonesia dibekukan keanggotaannya oleh FIFA. Hanya itulah cara yang bisa mengakhiri konflik di PSSI," terangnya.
Dijelaskannya, dengan pembekuan, kompetisi tetap bisa dijalankan. Hanya saja, Indonesia tidak memiliki perwakilan di AFC Cup dan timnas Indonesia tidak bisa tampil di level internasional.
"Banyak contoh negera setelah dibekukan, persepakbolaannya menjadi lebih bagus, seperti Irak dan yang paling terbaru adalah Brunei Darussalam. Usai dibekukan, Brunei bahkan menjuarai Piala Hasanal Bolkiah dengan mengalahkan Indoensia di final. Jadi jangan takut dibekukan," tegas Daddy. www.tarudinnurilfikr.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar